Penulis

Paulus (2Kor. 1:1)

Penerima

Gereja di Korintus (2Kor. 1:1, 6:11)

Tanggal

Tahun 56 Masehi

Tujuan/Kejadian

Sebelum menulis surat ini, Paulus sudah mengunjungi Korintus (dalam kunjungannya yang kedua, Ref. 2Kor. 12:14, 13:1). Tetapi perkataan Paulus di ayat 2Kor. 2:1 menyiratkan bahwa kunjungannya yang sebelumnya tidak menggembirakan, mungkin karena ada sebagian jemaat di Korintus mempertanyakan wewenang Paulus. Karena itu Paulus menulis surat, mungkin surat yang bernada keras, yang mungkin menyebabkan banyak kesedihan di antara jemaat di Korintus (2Kor. 2:3, 7:8-12). Tetapi ketika Titus kembali dari Korintus dan menemui Paulus dengan membawa berita yang baik (2Kor. 7:6-7), Paulus merasa sangat terhibur.

Sekarang Paulus memutuskan untuk menulis surat kedua ini, yang dikenal sebagai 2 Korintus, untuk mempersiapkan kunjungan ketiganya ke Korintus. Dalam surat ini, Paulus menceritakan banyak pemikiran dan pengalaman pribadinya tentang pelayanan yang ditugaskan Allah kepadanya, menegaskan kasihnya yang tulus kepada jemaat Korintus, mengingatkan komitmen mereka untuk membantu jemaat di Yerusalem, membela kerasulannya, dan memperingatkan orang-orang berdosa akan penghukuman yang akan ia lakukan pada kunjungan berikutnya.

Ciri-ciri Khusus

Penulisan Paulus di surat ini bersifat sangat pribadi, menunjukkan rasa sukacita, kekuatiran, kesedihan, dan penghiburannya yang terdalam. Ia sangat mempedulikan jemaat Korintus, dan berulang kali memohon agar mereka membuka hati untuk dirinya dan pelayanannya (lihat 2Kor. 6:11-13). Khususnya pada tujuh pasal pertama, Dalam penulisannya, Paulus berpindah-pindah dari satu gagasan ke gagasan lain sambil menyatakan perasaannya, terutama di tujuh pasal pertama. Karena itu, bagian surat ini tidak sedemikian terstruktur dibandingkan dengan surat-surat Paulus yang lain.

Ayat Kunci

“Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.” (2Kor. 4:5)

Sekilas

Apabila kita tidak memperhitungkan bagian pembukaan dan penutupan, kita dapat membagi surat ini menjadi tiga bagian utama. Di bagian pertama, Paulus mengungkapkan keyakinannya dalam pelayanan yang ia lakukan. Ia juga berulang kali membicarakan penghiburan dan kasih karunia Allah yang memelihara pelayanannya. Bagian kedua berisi nasihat yang mengingatkan jemaat di Korintus untuk menepati janji mereka membantu jemaat-jemaat yang membutuhkan. Di bagian terakhir, Paulus dengan sungguh-sungguh mempertahankan pelayanannya sebagai rasul dari orang-orang yang meremehkan dan mempertanyakan kerasulannya. Di bawah adalah garis besar surat ini secara ringkas:

  1. Pembukaan (1:1-2)
  2. Penghiburan Allah dan Pelayanan Paulus (1:3-7:16)
  3. Bantuan untuk Jemaat di Makedonia (8:1-9:18)
  4. Kuasa dan Wewenang Paulus sebagai Rasul (10:1-13:10)
  5. Penutup (13:11-14)

Tema

Penderitaan

Dibandingkan surat-suratnya yang lain, Paulus banyak menceritakan penderitaan dan kesengsaraannya dalam surat ini. Ia menginginkan agar jemaat Korintus mengetahui penderitaan yang ia alami di Asia yang mana ia merasakan beban yang melebihi kekuatannya, sehingga ia merasa putus asa. Pengalaman itu mengajarkannya untuk tidak bersandar pada diri sendiri, tetapi kepada Allah (1:8-10).

Lalu ia menceritakan tentang penderitaannya yang lain – kunjungannya ke Korintus yang sebelumnya. Ia telah memutuskan untuk menunda kunjungannya, dan sebagai gantinya ia menulis sebuah surat yang menyakitkan, dan ia menuliskannya dengan banyak penderitaan, kesedihan, dan dengan bercucuran air mata. Ia melakukan ini agar tidak lagi mengalami penderitaan dari orang-orang yang seharusnya menjadi sumber sukacitanya (2:1-4)

Pelayanan Paulus penuh dengan penderitaan, seperti pemukulan, penahanan, kekacauan, pekerjaan kasar, kurang tidur, kelaparan, penghinaan, tuduhan-tuduhan palsu, dan kesedihan (6:4-10). Dalam pembelaannya terhadap para penentangnya, Paulus terdorong untuk menunjukkan banyaknya penderitaan yang ia alami demi pelayanan (11:23-29). Tetapi semua kesengsaraan itu semata adalah untuk mewujudkan kuasa Allah yang besar dalam dirinya. Ia telah mengalami segala bentuk penindasan, tetapi ia tidak terjepit; habis akal, tetapi tidak putus asa; dianiaya, tetapi tidak ditinggalkan; dihempaskan, tetapi tidak binasa. Dan ia senantiasa membawa kematian Yesus, sehingga hidup Yesus menjadi nyata dalam dirinya (4:1-12).

Ia menasihati orang-orang percaya bahwa penderitaan yang sifatnya sementara ini mempersiapkan kita untuk menerima kemuliaan kekal yang tidak dapat diperbandingkan (4:17). Lebih lanjut, Paulus menyadari bahwa penderitaan dalam pelayanannya adalah untuk mencapai tujuan yang baik. Duri dalam daging menjaganya untuk tidak meninggikan diri (12:7). Kelemahannya adalah sebuah kesempatan untuk memperoleh kuasa Kristus dalam dirinya. Jadi demi Kristus, ia bermegah dalam kelemahan, siksaan, kesukaran, penganiayaan, dan kesesakan (12:9-10).

Penghiburan

Penderitaan tidak menjatuhkan orang percaya atau pun pelayanan Injil, karena adanya penghiburan yang kita terima dalam penderitaan. Paulus menyebut Allah sebagai sumber segala penghiburan, yang menghibur kita dalam penderitaan kita (1:3-4). Paulus mengambil bagian dalam kesengsaraan Kristus, sehingga melalui Kristus ia juga mengambil bagian dalam penghiburan (1:5). Ia berkeyakinan bahwa selama orang percaya ambil bagian dalam penderitaannya, mereka juga akan memperoleh penghiburannya (1:6).

Penghiburan Allah dapat disalurkan melalui orang-orang percaya. Allah yang menghibur orang-orang yang bersedih, juga menghibur Paulus melalui Titus dan jemaat-jemaat di Korintus. Kabar yang dibawa Titus bahwa jemaat Korintus merindukan Paulus menjadi sumber penghiburan yang besar bagi Paulus, dan ia menganggapnya sebagai penghiburan dari Allah. Karena itu, ia penuh dengan kebahagiaan, dan dalam penderitaannya pun ia sangat bersukacita (7:4-8, 13).

Kita yang telah menerima penghiburan Allah, juga harus menghibur orang-orang yang sengsara. Paulus menulis bahwa Allah menghibur kita di tengah penderitaan, sehingga kita dapat menghibur mereka yang berada dalam penderitaan apa pun, dengan penghiburan yang kita terima dari Allah (1:3-4). Dengan pola pikir yang sama, kita juga harus menghibur mereka yang bertobat dari kesalahan-kesalahan mereka. Karena itu, Paulus mendesak jemaat di Korintus untuk mengampuni dan menghibur orang yang bersalah di gereja, yang telah menerima hukuman dari gereja, apabila ia tenggelam dalam kesedihan yang berlebihan (2:5-11).

Pelayanan

Salah satu alasan yang membuat surat ini bersifat pribadi adalah curahan hati Paulus akan keyakinannya dalam pelayanan yang ia lakukan dan juga tentang sukacita dan pergumulannya sebagai pelayan Injil. Ia memberitahukan para pembaca bahwa mereka adalah surat dari Kristus yang dikirimkan oleh para pelayan Injil (3:1-3). Allah telah mencukupkan Paulus dan rekan-rekan kerjanya untuk menjadi pelayan perjanjian yang baru. Pelayanan ini ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh Allah yang hidup. Pelayanan ini lebih mulia daripada pelayanan Musa. Pelayanan yang lama adalah pelayanan maut dan sedang diakhiri, sedangkan pelayanan yang baru membawa hidup dan bersifat kekal (3:4-18).Pelayanan Injil Kristus membawa kuasa yang besar. Pelayanan ini menyebarkan harum pengetahuan tentang Kristus ke segala tempat. Bagi orang-orang yang binasa, pelayanan ini membawa aroma kematian, tetapi bagi mereka yang diselamatkan, aroma ini adalah aroma yang membawa kehidupan (2:14-17). Allah telah dinyatakan dalam hati para pelayan-Nya untuk memberikan cahaya pengetahuan kemuliaan Allah dalam rupa Yesus Kristus. Seperti harta dalam bejana tanah liat, Allah menunjukkan kuasa-Nya melalui kelemahan para pelayan-Nya. Walaupun mereka seringkali diserahkan ke dalam kematian demi Yesus, hidup Yesus menjadi nyata dalam diri mereka yang fana (4:7-12).

Oleh karena kemurahan Allah, Paulus dan rekan-rekan kerjanya tidak tawar hati mengemban pelayanan ini. Walaupun orang-orang yang akan binasa tidak dapat melihat cahaya Injil, pelayan-pelayan Injil dengan setia menyatakan kebenaran dan menyerahkan diri mereka untuk dipertimbangkan semua orang di hadapan Allah (4:1-6). Karena itu, Paulus mengingatkan para pembaca bahwa hati kita senantiasa diperbarui walaupun jasmani kita akan binasa, karena penderitaan yang sementara dan ringan ini sesungguhnya mempersiapkan kita untuk menerima kemuliaan kekal yang tak terbandingkan (4:16-18).

Pelayanan yang Allah percayakan kepada Paulus adalah pelayanan pendamaian. Dalam diri Kristus, Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya, tidak memperhitungkan pelanggaran-pelanggaran mereka, dan mempercayakan pelayanan pesan pendamaian kepada para pelayan Injil. Sebagai utusan Kristus, Paulus mengajukan permohonan atas nama Kristus untuk didamaikan dengan Allah (5:17-21). Pesan kematian Kristus yang menebus dosa menjadi pendorong pelayanan Paulus. Oleh karena kasih Kristus, Paulus tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Dia yang telah mati bagi kita dan bangkit (5:13-15).

Paulus juga menulis tentang pelayanan yang lain, yaitu pelayanan kepada orang-orang kudus (2Kor. 8:4) Saudara-saudari seiman telah menyepakati bantuan bagi gereja di Yerusalem. Gereja Makedonia memberikan teladan dalam pelayanan ini. Dalam penderitaan yang mereka alami, mereka penuh dengan sukacita. Dan walaupun mereka miskin, tetapi mereka kaya dalam kemurahan, dan memberikan melampaui kemampuan mereka dengan sukarela, bahkan mendesak untuk memperoleh kasih karunia dan ambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus (8:1-5). Untuk menuntaskan upaya bantuan itu, Paulus mengutus Titus dan dua saudara bersamanya ke Korintus. Mereka adalah orang-orang yang dikenal baik dan jujur, yang akan melayani pekerjaan itu bersama Paulus (8:16-24). Paulus meminta jemaat di Korintus untuk bekerja bersama orang-orang ini dan siap melayani seperti yang mereka janjikan. Ia mengingatkan mereka akan berlimpahnya kasih karunia yang Allah berikan bagi mereka yang memberi dengan sukacita. Tidak saja kemurahan mereka melipatgandakan buah-buah kebenaran, tetapi mereka juga akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati yang membangkitkan syukur kepada Allah (9:6-15).

Kasih bagi Jemaat

Kasih Paulus kepada jemaat di Korintus tampak nyata dalam suratnya. Walaupun perubahan rencana Paulus mungkin mengecewakan sebagian jemaat, Paulus bermaksud agar mereka tidak perlu mengalami pertemuan yang pahit lagi. Setelah menulis surat, Paulus kuatir apabila ia menyebabkan kesedihan karena suratnya yang berat. Jadi ia menjelaskan bahwa ia menuliskan surat itu oleh karena penderitaan dan kesedihan hati dan air mata. Ia menulis surat bukan untuk membuat mereka sedih, tetapi agar mereka mengetahui bahwa ia mengasihi mereka (1:23-2:4).

Paulus tidak membutuhkan pujian dari siapa pun untuk menegaskan pelayanannya, karena jemaat sendiri adalah kesaksian yang ia miliki, dan tertulis dalam hatinya (3:1-2). Sebagai bejana tanah liat yang rapuh, Paulus senantiasa membawa kematian untuk kehidupan Yesus. Walaupun kematian bekerja dalam pelayanan Injil, hidup Yesus bekerja dalam diri jemaat (4:10-12). Dikendalikan oleh kasih Kristus, Paulus tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri, tetapi bagi Kristus. Tujuan tunggalnya dalam pelayanan adalah setia kepada Allah dan melayani jemaat. Inilah sebabnya ia menulis, “Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu.” (5:13-15) Paulus sepenuhnya bersikap terbuka kepada jemaat, dan meminta agar mereka membuka ruang hati mereka baginya. Jemaat ada dalam hatinya, untuk hidup dan mati bersama. Ketika mendengar pertobatan jemaat Korintus, Paulus sangat bersukacita karena ia sangat cemas dengan pengaruh suratnya yang terdahulu pada mereka (7:1-16).

Ketika Paulus mempertahankan pelayanannya, kita kembali melihat kasih Paulus kepada jemaat. Ia memperingatkan jemaat Korintus bahwa apabila ia datang, ia siap mengambil sikap tegas kepada orang-orang yang tidak taat. Namun karena kuatir apabila perkataannya terlalu keras, Paulus segera meyakinkan mereka bahwa ia tidak ingin menakut-nakuti mereka (10:1-9). Kasih Paulus kepada jemaat membuatnya cemburu secara ilahi kepada mereka, karena ia melihat mereka terancam kehilangan pengabdian mereka yang murni kepada Kristus (11:1-4). Dengan keras Paulus menjaga mereka dari ancaman rasul-rasul palsu, bermegah dan membuat dirinya sendiri tampak bodoh. Ia berharap agar jemaat Korintus menerimanya setelah ia mengorbankan segala sesuatu demi mereka. Paulus menerima tunjangan dari gereja-gereja lain, tetapi memilih untuk tidak membebani jemaat Korintus. Pilihan ini adalah karena kasihnya kepada mereka (11:9-10). Ia memberitahukan mereka, bahwa seperti orang tua yang memperhatikan anak-anaknya, dengan rela ia berkorban dan dikorbankan demi jiwa-jiwa mereka. Ia bertanya kepada mereka, “Jadi jika aku sangat mengasihi kamu, masakan aku semakin kurang dikasihi?” Ia ingin agar mereka menyadari bahwa alasan satu-satunya ia membela integritasnya sebagai rasul dengan begitu rupa adalah untuk membangun mereka (12:13-19). Bagaimana pun mereka menilai Paulus, ia berharap dengan tulus agar jemaat melakukan apa yang benar dan taat pada kebenaran (13:5-10).

Pujian dan Bermegah

Wewenang kerasulan Paulus dipertanyakan di gereja Korintus. Ditambah dengan tuduhan-tuduhan dari para penentang Paulus, ketegangan antara Paulus dengan jemaat Korintus sangat nyata terlihat dalam suratnya. Paulus berulang kali harus membela kerasulannya sembari menjelaskan bahwa ia tidak sedang memuji dirinya sendiri.

Paulus menulis bahwa ia bermegah atas kesederhanaan dan ketulusannya. Ia berharap agar jemaat Korintus sepenuhnya memahami bahwa ia tidak memiliki maksud terselubung dalam suratnya, dan mereka akan memegahkan Paulus di hari Tuhan sembari ia memegahkan mereka (1:12-13).

Sebagai pelayan Injil yang sejati, Paulus tidak berjualan firman Allah, tetapi berbicara dalam Kristus dengan ketulusan dan amanat dari Allah (2:14-17). Menyadari bahwa para pembacanya mungkin mengira ia sedang memegahkan diri sendiri, Paulus memberitahukan jemaat Korintus bahwa ia tidak memerlukan surat pujian. Mereka-lah surat pujian dari Kristus, yang dilayani oleh hamba-hamba Allah, tidak ditulis dengan tinta, tetapi dengan Roh Allah yang hidup (3:1-3). Kuasa Allah yang mengubah hidup jemaat adalah kesaksian terbaik tentang pelayanan Paulus. Dengan begitu, Paulus tidak mau melakukan praktik-praktik licik atau memalsukan firman Allah, tetapi dengan pernyataan kebenaran yang terbuka ia menyerahkan diri untuk dipertimbangkan oleh jemaat di hadapan Allah. (4:2).

Paulus menasihati jemaat untuk berusaha menyenangkan Tuhan. Ia memberitahukan mereka bahwa kita semua harus berdiri di hadapan penghakiman Kristus untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan (5:6-10). Paulus tidak hanya bertanggung jawab kepada Allah, ia juga berharap agar ia memperoleh kesaksian dari jemaat (5:11). Ia memberitahukan para pembaca bahwa ia tidak sedang memegahkan diri, tetapi memberikan mereka alasan untuk bermegah tentang para pelayan, dan menegur mereka yang memegahkan penampilan mereka ketimbang apa yang ada dalam hati (5:12).

Paulus menyebutkan bagaimana ia bermegah tentang jemaat Korintus dalam beberapa kesempatan. Ia bangga dengan jemaat Korintus (7:4), karena kesedihan mereka pada surat Paulus sebelumnya membuktikan bahwa mereka tidak bersalah (7:8-11). Paulus tidak kecewa memegahkan jemaat Korintus di depan Titus karena hal itu memang benar (7:13-14). Dalam hal bantuan untuk menolong jemaat Yerusalem, Paulus bermegah di depan jemaat Makedonia tentang kesiapan jemaat Korintus untuk memberi bantuan (9:2). Untuk memastikan agar jemaat Korintus siap saat jemaat dari Makedonia datang bersama Paulus, ia mengutus Titus dan dua saudara mendahuluinya untuk mempersiapkan bantuan.

Paulus meminta jemaat Korintus untuk tidak menyia-nyiakan pujiannya tentang mereka agar kebermegahannya tidak menjadi hampa (8:24, 9:3).

Paulus berbicara panjang lebar tentang bermegah di bagian terakhir suratnya. Paulus seharusnya tidak dimegahkan oleh jemaat Korintus atas apa yang ia lakukan bagi mereka, tetapi karena ketidakpercayaan mereka, Paulus terpaksa bersikap bodoh dan bermegah (12:11-13). Karena kerasulannya dipertanyakan, Paulus berkata bahwa ia tidak merasa malu apabila ia tidak banyak bermegah tentang kuasanya (10:8). Tidak seperti orang-orang yang memegahkan diri, Paulus tidak mau memegahkan diri lebih dari jerih lelah orang lain (10:12-16). Sebaliknya, ia mencari pujian dari Tuhan, dan hanya bermegah di dalam Tuhan (10:17-18). Paulus menyatakan para penentangnya sebagai pekerja-pekerja yang penuh tipu daya dan hamba-hamba Iblis. Untuk menyanggah pengakuan para penentangnya yang mementingkan diri sendiri, Paulus bermegah bahwa ia telah memberitakan Injil kepada jemaat Korintus dengan cuma-cuma (11:7-12). Paulus memohon agar jemaat Korintus bersabar dengannya apabila ia bermegah sebagai orang bodoh (11:16-18). Sebagai hamba Kristus, Paulus telah berjerih lelah dan menderita jauh lebih berat daripada para penentangnya (11:21-29), sehingga Paulus tidak dapat dikatakan kecil dibandingkan para penentangnya yang memegahkan diri.

Namun Paulus memberikan kejutan dengan menulis retorika-retorika tentang bermegah. Ia berkata, karena banyak orang bermegah secara lahiriah, maka ia juga akan bermegah. Tetapi ternyata bermegah yang ia lakukan sama sekali berbeda. Bukannya memegahkan kekuatan, Paulus memilih untuk memegahkan kelemahannya (11:30). Kemudian, Paulus menyebutkan tentang pengalaman surgawinya yang luar biasa. Tetapi ia menahan diri dan tidak memegahkan keberhasilan-keberhasilannya. Sebaliknya, ia malah menceritakan tentang duri yang dianugerahkan kepadanya untuk tidak meninggikan diri. Walaupun ia telah memohon kepada Tuhan untuk mencabut duri itu, ia tetap yakin bahwa kasih karunia Allah cukup baginya. Pada akhirnya, ia belajar untuk merasa cukup dan bermegah tentang kelemahannya agar kuasa Kristus nyata dalam dirinya (12:1-10).

Kelemahan dan Kekuatan

Pembelaan Paulus di atas banyak menunjukkan pendapatnya tentang kelemahan dalam pelayanan Injil dan kuasa Allah yang besar melalui Injil.Di awal suratnya, Paulus mengenang penderitaannya di Asia ketika Paulus dan rekan-rekannya didera lebih dari kekuatan mereka sehingga merasa putus asa. Tetapi Paulus menyadari bahwa penderitaan mendorong dirinya untuk tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi mengandalkan Allah yang membangkitkan orang mati. Penghiburan dari Allah memungkinkan dirinya untuk menghibur orang lain dengan penghiburan yang sama (1:3-11).

Injil yang dikerjakan Paulus mewujudkan kuasa Allah yang besar. Kristus senantiasa memimpin pelayanan Paulus dalam jalan kemenangan untuk menyebarkan keharuman pengenalan akan Kristus ke segala tempat. Bagi mereka yang akan binasa, Injil membawa aroma kematian, tetapi bagi mereka yang diselamatkan, Injil membawa keharuman hidup. Kuasa yang ada dalam Injil jauh melampaui perbuatan manusia (2:14-16).

Tidak seperti perjanjian yang lama, yang merupakan pelayanan maut dan memiliki kemuliaan yang akan pudar, Injil Kristus membawa hidup melalui Roh (3:1-11). Paulus menulis, “Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.” (3:5-6) Perjanjian yang baru ini memiliki kemuliaan kekal yang melampaui, dan semua orang yang kembali kepada Tuhan akan diubah ke dalam kemuliaan. Pengharapan yang mulia ini memberikan keberanian kepada kita yang menjadi hamba-hamba perjanjian yang baru (3:12-4:6).

Sebagai pelayan-pelayan Injil, kita sama seperti bejana tanah liat yang menyimpan harta. Ketidakcocokan antara bejana tanah liat yang murahan dengan harta yang berharga menunjukkan bahwa kuasa ada di tangan Allah dan bukan ada pada diri kita. Tidak ada penderitaan atau penganiayaan yang dapat mengalahkan kita, karena hidup Yesus digenapi dalam tubuh jasmani kita (4:7-11).

Kita dapat berbicara dengan yakin karena kita menyadari bahwa penderitaan yang sementara ini sesungguhnya mempersiapkan kita untuk kemuliaan kekal yang tidak dapat diperbandingkan (4:13-18).

Kebenaran ini juga tampak dalam pekerjaan bantuan yang Paulus perintahkan kepada jemaat Korintus. Jemaat Makedonia berlaku sebagai kesaksian hidup akan kasih karunia Allah yang berlimpah dalam ketidakberdayaan manusia. Mereka memberi lebih dari kesanggupan mereka dalam bantuan itu. Walaupun mereka dicobai dalam penderitaan, sukacita mereka meluap-luap, dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan (8:1-4). Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan juga kita bahwa barangsiapa banyak menabur akan banyak menuai. Allah dapat melimpahkan kasih karunia kepada kita agar memiliki segala kecukupan dalam segala hal di setiap waktu, agar kita dapat berlimpah dalam setiap perbuatan baik. Melalui kemurahan yang kita lakukan, Allah memperkaya diri kita dalam segala hal, untuk menjadikan kita lebih murah hati lagi, dan banyak ucapan syukur dipanjatkan (9:6-15).
Di antara tuduhan-tuduhan yang dilancarkan kepada Paulus adalah tuduhan bahwa ia bersikap lemah dengan jemaat Korintus (10:10). Menjawab tuduhan ini, Paulus memberitahukan jemaat Korintus bahwa ia dan rekan-rekan pelayan Injil membawa kuasa ilahi dalam perjuangan rohani mereka, dan dapat menggunakan kuasa mereka untuk bertindak tegas pada mereka yang tidak taat (10:1-6). Walaupun Paulus berusaha membela diri dari mereka yang bermegah secara lahiriah, ia tidak ingin melakukan hal yang sama seperti mereka. Itulah sebabnya ia memilih untuk memegahkan kelemahannya ketimbang kekuatannya. Kenangan penderitaan yang ia alami dalam pelayanan, terutama pelariannya di Damsyik, menunjukkan banyak kelemahannya (11:23-33). Ketika ia bercerita tentang penglihatan dan wahyu surgawi, upaya bermegahnya berubah menjadi bermegah tentang kelemahannya, sehingga Kristus menyatakan kuasa-Nya melalui dirinya (12:1-10).

Sebagai kesimpulan, Paulus berkata bahwa Kristus disalibkan dalam kelemahan tetapi hidup oleh kuasa Allah. Begitu juga, Paulus lemah dalam Kristus. Tetapi dalam menghadapi jemaat ia akan hidup bersama Kristus oleh kuasa Allah (13:3-4). Bagi Paulus, yang terpenting adalah agar jemaat melakukan apa yang benar dan berjalan menurut kebenaran. Paulus rela dianggap lemah selama jemaat menjadi kuat dalam Tuhan (13:5-10).

Kata/Kalimat Kunci

Berlimpah, penderitaan, percaya, iman, bermegah, penghiburan, memuji, kematian, duniawi, kemuliaan, Injil, kasih, kemurahan, hati, sukacita, pengenalan, surat, hidup, karunia, banyak, pelayanan/melayani, kebenaran, dukacita, roh, kuasa/kekuatan, menguji, kelemahan, menulis.

RELEVANSI MASA SEKARANG

Walaupun kita mungkin tidak berada dalam keadaan yang sama seperti Paulus dan gereja Korintus, surat Paulus kepada jemaat Korintus berlaku pada perjalanan Kristiani dan pelayanan kita. Penghiburan Allah dalam penderitaan, kuasa Kristus dalam kelemahan, dan keyakinan yang kita miliki oleh karunia Allah, adalah kebenaran-kebenaran yang nyata bagi kita, sama seperti bagi Paulus dan rekan-rekan sekerjanya. Kebenaran ini dapat menolong kita ketika menghadapi penderitaan dan keputusasaan.

Perkataan Paulus kepada jemaat Korintus dalam hal memberi juga berlaku bagi jemaat di masa sekarang. Kita masih dapat menyatakan janji Allah bahwa ia memberikan kelimpahan kepada mereka yang banyak memberi. Kemurahan kita dapat menghasilkan buah kebenaran dan membuat kita dapat memberikan lebih banyak kemurahan. Cara Paulus mengatur pengumpulan bantuan juga menjadi pengajaran bagi gereja di masa sekarang untuk mengelola persembahan dari jemaat secara bertanggung jawab.

Terakhir, banyak yang dapat kita pelajari dari pelayanan Paulus melalui surat-suratnya. Sebagai pelayan Injil, kita dapat meneladani pengabdian Paulus dan tekadnya untuk tetap setiap kepada Allah. Keyakinannya pada kuasa Allah dalam pelayanan dan kelemahannya sendiri menjadi teladan untuk pelayanan yang kita lakukan. Kasihnya kepada jemaat Korintus tampak nyata dalam: (1) pilihannya untuk tidak membebani mereka; (2) kekuatirannya pada reaksi mereka dengan suratnya yang terdahulu; (3) pengharapannya agar mereka berjalan dalam kebenaran; (4) dan cemburunya yang ilahi atas mereka, bahkan sampai ia bermegah seperti orang bodoh. Gereja di masa sekarang akan memperoleh berkat apabila kita memiliki lebih banyak pelayan yang mengasihi domba-domba Allah seperti Paulus mengasihi jemaat.

 

Kata-kata Kunci

Keterkaitan Modern

Walaupun kita mungkin tidak berada dalam keadaan yang sama seperti Paulus dan gereja Korintus, surat Paulus kepada jemaat Korintus berlaku pada perjalanan Kristiani dan pelayanan kita. Penghiburan Allah dalam penderitaan, kuasa Kristus dalam kelemahan, dan keyakinan yang kita miliki oleh karunia Allah, adalah kebenaran-kebenaran yang nyata bagi kita, sama seperti bagi Paulus dan rekan-rekan sekerjanya. Kebenaran ini dapat menolong kita ketika menghadapi penderitaan dan keputusasaan.

Perkataan Paulus kepada jemaat Korintus dalam hal memberi juga berlaku bagi jemaat di masa sekarang. Kita masih dapat menyatakan janji Allah bahwa ia memberikan kelimpahan kepada mereka yang banyak memberi. Kemurahan kita dapat menghasilkan buah kebenaran dan membuat kita dapat memberikan lebih banyak kemurahan. Cara Paulus mengatur pengumpulan bantuan juga menjadi pengajaran bagi gereja di masa sekarang untuk mengelola persembahan dari jemaat secara bertanggung jawab.

Terakhir, banyak yang dapat kita pelajari dari pelayanan Paulus melalui surat-suratnya. Sebagai pelayan Injil, kita dapat meneladani pengabdian Paulus dan tekadnya untuk tetap setiap kepada Allah. Keyakinannya pada kuasa Allah dalam pelayanan dan kelemahannya sendiri menjadi teladan untuk pelayanan yang kita lakukan. Kasihnya kepada jemaat Korintus tampak nyata dalam: (1) pilihannya untuk tidak membebani mereka; (2) kekuatirannya pada reaksi mereka dengan suratnya yang terdahulu; (3) pengharapannya agar mereka berjalan dalam kebenaran; (4) dan cemburunya yang ilahi atas mereka, bahkan sampai ia bermegah seperti orang bodoh. Gereja di masa sekarang akan memperoleh berkat apabila kita memiliki lebih banyak pelayan yang mengasihi domba-domba Allah seperti Paulus mengasihi jemaat.